PEJUANG.NET - Seorang pria gagal berusaha untuk membakar dirinya dalam demonstrasi pada hari Jumat (13/07/2019), ketika puluhan ribu warga Aljazair bersatu untuk mendorong reformasi dan kepergian elit yang berkuasa.
Jumat ini menjadi putaran ke-21 ketika massa pengunjuk rasa menuntut perubahan lebih cepat setelah mereka berhasil mengakhiri pemerintahan dua dekade Abdelaziz Bouteflika pada bulan April.
Mereka berbaris dengan spanduk bertuliskan: “Gerakan protes kami akan berlanjut”, “Kami menginginkan demokrasi dan kebebasan” dan “Pencuri, Anda telah menjarah negara”.
Ketika itu, seorang pria di Aljir mengambil korek api dan hendak membakar pakaiannya. Tetapi demonstran lain turun tangan, menyiramnya dengan air.
Protes di Aljazair dan kota-kota lain terus berlanjut meskipun seorang tokoh oposisi terpilih sebagai ketua parlemen minggu ini untuk pertama kalinya dalam sejarah Aljazair.
Pemilihan Slimane Chenine pada hari Rabu – yang biasa ikut dalam protes Jumat – sebagai ketua Majelis Nasional secara luas dilihat sebagai upaya oleh pihak berwenang untuk menenangkan demonstrasi jalanan.
Tetapi protes di kota-kota termasuk Oran, Constantine dan Tizi Ouzou masih terus terjadi.
Tentara, pemain utama dalam politik Aljazair setelah kepergian Bouteflika, telah bersumpah untuk membantu pengadilan menuntut orang-orang yang diduga terlibat dalam kasus korupsi.
Akibatnya, beberapa pengusaha terkemuka dan mantan pejabat senior, termasuk mantan perdana menteri Ahmed Ouyahia dan Abdelmalek Sellal, ditahan setelah diinterogasi oleh hakim karena diduga menyalahgunakan dana publik.
Kepala staf tentara Aljazair Letnan Jenderal Ahmed Gaid Sala mengatakan pemilihan presiden adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis. Pihak berwenang menunda pemungutan suara yang sebelumnya direncanakan untuk 4 Juli, karena kurangnya kandidat.
Para pengunjuk rasa sekarang menuntut pengunduran diri presiden sementara Abdelkader Bensalah dan Perdana Menteri Noureddine Bedoui, yang dipandang oleh para demonstran sebagai orang dekat Bouteflika.
“Kami ingin mencabut sistem Bouteflika,” kata pegawai pemerintah berusia 33 tahun, Mohamed Mendis, berbaris di Aljir bersama istrinya. “Simbolnya harus pergi.”
Aljazair adalah pemasok gas penting bagi Eropa dan mitra AS dalam perang melawan gerilyawan di kawasan itu.
Publis by : Pejuang.Net
Ikuti kami di channel Telegram : t.me/pejuangofficial
Facebook : https://www.facebook.com/pejuangofficial
Flow Twitter Kami: @PejuangNet (kt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar