Wow, Produk Industri Plastik Lapas Cikarang Tembus Pasar Italia - Pejuang.Net - Pusat Berita Islam Indonesia

Pejuang.Net - Pusat Berita Islam Indonesia

Situs Islam Rujukan

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Minggu, 01 September 2019

Wow, Produk Industri Plastik Lapas Cikarang Tembus Pasar Italia


GELORA.CO - Produk plastik dari industri kecil-menengah binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Cikarang, Bekasi, kini berhasil merambah pasar Uni Eropa.


"Mitra kami yang memasarkan produk teman-teman warga binaan pemasyarakatan (WBP) di kelompok kerja industri plastik mengabarkan bahwa salah satu produk dipesan konsumen di Italia," kata Kepala Lapas Cikarang Kadek Anton Budiharta di Cikarang, Sabtu (31/8).

Kadek menjelaskan, produk tersebut adalah wadah kue mangkuk (cup cake) yang akan dipakai sebuah jaringan gerai toko kue eksklusif (patisserie) terkemuka di negara itu.


Menurut Kadek, sebenarnya itu bukan pertama kalinya produk industri plastik Lapas Cikarang dipakai jaringan toko terkemuka. Sebelumnya, sebuah gerai kopi multinasional terkemuka juga memesan cangkir plastik untuk keperluan konsumen mereka.

"Kami bangga, karena bagaimana pun gerai kopi tersebut dikenal kedai kopi dunia yang punya nama, dengan standard yang tentu saja tinggi," kata Kadek. 

Tak hanya memproduksi cangkir plastik, industri kecil-menengah plastik di Lapas Cikarang juga memproduksi lunch box, blender hingga tameng pasukan antihuru-hara, dan perangkat aksesoris otomotif.

Produk-produk itu tak hanya dipakai di lapas-lapas lain di Jawa dan luar Jawa, sebagian lainnnya diserap oleh pabrikan di kawasan-kawasan industri Bekasi.

Lebih jauh Kadek menerangkan, Lapas Cikarang memang diarahkan menjadi Lapas industri, yakni Lapas yang kegiatan pembinaan keterampilan dan wirausahanya diarahkan kepada bidang industri kecil dan menengah. Untuk itu, selain ada pembinaan wajib, seperti pembinaan karakter dan keagamaan, warga binaan pun diberikan tawaran dan seleksi untuk bergabung ke dalam kelompok kerja-kelompok kerja (Pokja) industri tertentu.

Selain Pokja industri plastik, Lapas Cikarang memiliki Pokja industri laundry, bakery, otomotif, industri kreatif, industri maju dan lainnya. Dia menerangkan, dari 1757 warga binaan, 864 WBP atau lebih dari setengahnya aktif bergabung di berbagai pokja industri yang ada.

Di industri plastik, saat ini sudah ada empat mesin, yang menyerap 80-an tenaga kerja dalam empat giliran kerja (shift). Keempat mesin itu bekerja 24 jam karena membludaknya pesanan.

"Mitra kami, PT Glory Karsa Abadi, tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan Korea. Jika deal, kami pastikan akan ada penambahan menjadi 12 mesin siap kerja," kata Kadek.

Lapas ini telah memenuhi keperluan banyak kedai kopi dengan set meja barista dan peralatan minum kopi dari kayu. Sementara Pokja Bakery menghasilkan setidaknya 1.700 potong roti per hari dengan berbagai varian.

"Sebagian buat kebutuhan internal, sebagian kami pasok ke lapas-lapas lain di Jabodetabek. Ada juga yang kami jual di jaringan wara laba," kata Stephanus, penanggung jawab Pokja Bakery.

Kadek menambahkan, pasar Swalayan Sarinah juga memesan banyak produk dari Pokja industri kreatif. "Malahan ada satu lukisan warga binaan kami yang saat ini terpajang di Sarinah."

Kreativitas warga binaan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang. Wajar bila Lapas Cikarang atau Lacika dalam sebutan akrab para warga binaannya itu telah memiliki album berisikan lagu-lagu berbagai genre yang 100 persen ciptaan para binaan.

Lapas itu juga memproduksi aneka makanan unik hasil inovasi Pokja Tata Boga. Cobalah gurihnya emping singkong, steak daun beluntas, atau dodol buah mangrove alias bakau hasil kreasi Pokja Tata Boga tersebut.

Memasarkan beragam produk industri kecil-menengah tersebut, Lacika tak hanya mengandalkan cara konvensional. "Beberapa produk kami jual bekerja sama dengan jaringan online Tokopedia dan Bukalapak," ujar Kadek.

Kadek menjelaskan, proses bisnis yang berlangsung dilakukan dalam tata ekonomi yang fair. Para warga binaan bukan bekerja atas dasar kewajiban atau sekedar mengisi luang waktu saja. Mereka mendapat upah berdasarkan kesepakatan.

"Upahnya kami sesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, yang menjadi payung hukum," kata dia.

Hanya saja, sambung Kadek, tidak semua upah tersebut diberikan secara tunia kepada warga binaan. "Ada yang kami tabungkan untuk WBP ambil saat mereka bebas. Setengah besaran upah kami masukkan ke dalam rekening yang kami buatkan."

Saat ini, ujar Kadek, tengah dijajaki kerjasama dengan lembaga sertifikasi agar para WBP yang bekerja di Pokja-pokja tersebut mendapat sertifikasi. Dengan demikian, WBP bisa memiliki sertifikat dari sebuah lembaga yang kredibel. Selama ini Lacika hanya memberikan surat keterangan kerja yang kian hari dirasa kurang layak.

Dalam kesempatan berbeda, Dirjen Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami menegaskan, Dirjenpas harus terus kreatif agar mampu beradaptasi dengan perubahan zaman yang semakin kompetitif. Sudah seharusnya, pemasyarakatan membentuk warga binaan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

"Harus kreatif. Jika untuk perubahan menjadi lebih baik itu kita harus mengganti metode, sistem, cara, visi, mengapa tidak? Kita semua harus adaptif dan kompetitif," kata Utami pada rapat perencanaan strategis (Renstra) Ditjenpas, beberapa waktu lalu.

Utami juga menyinggung tentang isu privatisasi lapas yang sudah bergulir di berbagai negara. Pemikiran bahwa WBP harus tetap produktif sebagai warga negara, sudah mulai menjadi arus utama.

"Mereka harus terus bekerja. Untuk masyarakat, untuk kebaikan bersama dan untuk diri mereka sendiri," tandas Utami. (Rmol)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad