SERANGAN TOKOH SYIAH JALALUDIN PADA PARA SAHABAT NABI RA (BAGIAN 2) - Pejuang.Net - Pusat Berita Islam Indonesia

Pejuang.Net - Pusat Berita Islam Indonesia

Situs Islam Rujukan

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Selasa, 26 Juli 2022

SERANGAN TOKOH SYIAH JALALUDIN PADA PARA SAHABAT NABI RA (BAGIAN 2)

Kedua : 

Pada makalah “Sahabat Dalam Timbangan al Quran, Sunnah, dan Ilmu”1 Jalaluddin menulis. “Umar meragukan kenabian Rasulullah SAW,” kemudian di paragraph selanjutnya ia menukil riwayat dari Tafsir Al Durr Al Mantsur karya Imam Jalaluddin Al Suyuthi sebagai berikut, “Al Durr al-Mantsur 7:527-532 meriwayatkan hadis yang panjang tentang protes para sahabat terhadap perjanjian ini.

Di antara yang protes dengan penuh kemarahan adalah Umar bin Khattab. Kita dengarkan ia bertutur. ‘Demi Allah, belum pernah aku meragukan (kenabian Rasulullah SAW) sejak aku Islam kecuali hari itu. Aku mendatangi Nabi SAW aku berkata, Bukankah engkau Nabi Allah?” Kemudian pada halaman 7 dari makalahnya tersebut ia menulis sebagai berikut, “kita lanjutkan laporan Umar bin Khattab, ‘setelah Rasulullah SAW menyelesaikan penulisan surat perjanjian itu, beliau berkata kepada para sahabatnya, “Bangunlah, sembelihlah qurban dan bercukurlah.”

Demi Allah tidak seorang pun di antara para sahabat yang bangun sampai ia mengatakannya tiga kali. Ketika tidak seorang pun berdiri, beliau masuk ke tempat Ummu Salamah. Ia mengadu kepadanya tentang apa yang ia hadapi dari orang banyak. Ummu Salamah berkata, “Ya Nabiyyallah, apakah engkau ingin mereka melakukannya?” Beliau berkata, “benar” Ummu Salamah berkata, ‘Keluarlah dan jangan berbicara dengan seorang pun di antara mereka sampai engkau menyembelih hewanmu dan memanggil tukang cukurmu untuk memotong rambutmu.’” Lalu Nabi SAW berdiri keluar dan tidak berbicara pada seorang walau sepatah kata pun sampai ia melakukan penyembelihan dan memotong rambut. Ketika melihat Nabi berbuat seperti itu, mulailah mereka bangun dan menyembelih, serta satu sama lain saling mencukur rambut sehingga hampir-hampir mereka saling membunuh.’”

Ketiga :

Tulisannya dalam buku “Al-Musthafa”. “Mengapa Imam Husein bertekad menemui kesyahidannya? Apa yang melatarbelakangi beliau untuk tetap berangkat? Itu yang menjadi pertanyaan banyak orang, dan sekarang saya akan menjelaskan mengapa. Latar belakang ini cukup panjang sebenarnya. Banyak hadis yang menceritakannya, tetapi di sini akan saya bacakan beberapa saja.

Sepeninggal Rasulullah SAW, mulai muncul orang-orang yang mencoba mengubah-ubah agama. Pada zaman Hasan Al-Bashri, misalnya. Hasan Al-Bashri ini adalah seorang Tabi’in. Seperti kita ketahui, tabi’in adalah sebutan bagi orang-orang yang berjumpa dengan sahabat-sahabat Nabi tetapi mereka tidak pernah berjumpa dengan Nabi. Kata Hasan Al-Bashri, “Sekiranya Rasulullah SAW hari ini datang kepada kita, Rasulullah tidak mengenal agamanya lagi kecuali kiblatnya saja.” Artinya, pada zaman itu sudah terjadi perubahan-perubahan dalam agama yang terjadi kira-kira masih pada pertengahan abad pertama hijriyah. Zaman yang masih relative pendek setelah Nabi SAW meninggal dunia.

Ada seorang sahabat lain yang namanya Al-Bara’ bin Azib, ia dipuji orang: “Beruntung engkau sempat berjumpa dengan Nabi SAW,” kata Al Bara’, “Boro-boro beruntung, kamu tidak tahu bahwa kami sudah mengubah-ubah agama sepeninggal Nabi.” Itu kata Al-Bara’, seorang sahabat yang jaraknya dengan Rasulullah SAW masih sangat dekat.

Jadi, sepeninggal Nabi, agama sudah banyak berubah. Dan hal seperti ini pun sebenarnya sudah pernah disebutkan Nabi ketika beliau masih hidup. Saya pernah berniat untuk mengumpulkan perubahan-perubahan dalam agama seperti ini, sebagai bahan desertasi doktor saya dalam bidang agama. Perubahan-perubahan itu banyak saya temukan di kitab-kitab hadis. Banyak hal baru yang saya temukan yang diciptakan oleh para sahabat Nabi. Salah satunya apa yang dikatakan oleh Al Bara’ tadi.

Di dalam Shahih Bukhari dan juga dalam Shahih Muslim. Nabi bercerita tentang hari kiamat. “Nanti pada hari kiamat aku akan menunggu di telaga al-Kautsar, kemudian datanglah kepadaku serombongan orang yang mengenalku dan aku mengenal mereka. Begitu dekat tiba-tiba mereka ditarik lagi dan aku berteriak, ‘Ini sahabatku, ini sahabatku,” lalu dikatakan kepadaku, “Kamu tidak tahu bahwa mereka sudah mengubah –ubah agama sepeninggalmu.” Lalu Rasulullah SAW. Bersabda, “Semoga dijauhkan dari kasih sayang Allah buat orang-orang yang mengubah-ubah agama sepeninggalku.”

Masih dalam Shahih Bukhari-diriwayatkan oleh beberapa sahabat yang lain, di antaranya ialah Abu Hurairah. Abu Hurairah berkata, “Ketika sahabat itu digiring dijauhkan, Rasulullah bertanya, ‘Mau dibawa kemana sahabatku?’ ‘ke neraka’, jawabnya. Lalu dikatakan kepada Rasullah SAW, ‘Tidak henti-hentinya mereka itu murtad meninggalkan agama kamu setelah engkau meninggalkan mereka, Innahum lam yazaaluu murtaddiin ‘ala a’qabihim mundzu faaraqtahum.’” Rasulullah sangat sedih, bahwa sahabatnya akan murtad sepeninggal dia.

Selesai

Penulis : Ilham Kadir, Peneliti Senior Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Makassar.


Catatan kaki :
1 Makalah ini disampaikan dalam Diskusi Sunnah & Syiah “’Adalat Shahabah” di UIN Alauddin
Makassar pada tanggal 6 Februari 2009.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad