Bersaing Atau Tenggelam? - Pejuang.Net - Pusat Berita Islam Indonesia

Pejuang.Net - Pusat Berita Islam Indonesia

Situs Islam Rujukan

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Senin, 28 Oktober 2019

Bersaing Atau Tenggelam?


GELORA.CO - JUDUL ini saya ambil dari bukunya tokoh politik yaitu Dede Yusuf. Rasa-rasanya tantangan saat ini khusnya SDM termasuk generasi millenial tidak akan jauh dari judul tersebut.

Apakah anak muda Indonesia sudah mempersiapkan diri menghadapi tantagan kedepan? Apakah sudah siap untuk bersaing? Bagaimana mempersiapkan diri untuk menyambut era bonus demografi, era teknologi, globalisasi dan persaingan kerja yang semakin kompetitif? Atau sama sekali tidak terpikirkan apa yang akan dilakukan kedepan, atau bahkan memilih tenggelam dalam persaingan? Nah tentu itu yang dikhawatirkan.

Pemuda! Jangan Mau Diremehken

Kata "pemuda" seringkali diidentikan dengan kelompok manusia yang masih belum berpengalaman. Pemuda dianggap belum matang dalam berpikir, belum stabil secara emosi, tidak realistis, sering mengambil keputusan dengan berdasarkan emosi. Pola pikirnya cenderung idealis, itu sebabnya, peran pemuda seringkali diremehkan.

Padahal, dalam hidup ini, idealisme sangat diperlukan.

Cara berpikir tentang dunia utopia, merupakan hal penting. Karena itu yang membuat manusia tetap mempunyai semangat mempunyai harapan menjadi lebih baik. Dunia utopia memang seperti mimpi. Tapi percayalah, mimpi yang terukur dan dikombinasikan dengan pemikiran serta semangat positif, dapat mengubah  dunia. Pada saat kita berhenti bermimpi, maka berarti berhenti berusaha. Tanpa usaha, kita akan mati.

Pemuda adalah agen perubahan. Tentu pemuda yang dinamis, penuh energi, dan selalu optimis. Pemuda yang selalu bergerak dan berusaha untuk sedekat mungkin dengan dunia utopia. Pemuda yang membawa ide-ide segar. Pemuda yang pemikiran-pemikirannya kreatif, thinking out of the box (berpikir di luar kebiasaan), dan inovatif.

Pemuda dengan karakter seperti di atas, yang diharapkan mengisi Indonesia di masa depan. Pemuda dengan jati diri seperti di atas, yang diharapkan jadi agent of change. Pemuda yang mendorong terjadinya transformasi dunia, yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik, hanya pemuda yang berkualitas, yang akan sukses memanfaatkan era bonus demografi, teknologi dan persaingan kerja.

Semangat Preseiden dan Anak Muda

Pada pidato Presiden Joko Widodo bahwa prioritas utama Kabinet Indonesia Maju adalah pembangunan SDM. Membangun SDM yang pekerja keras dan dinamis. Membangun SDM yang terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengundang talen-talen global untuk bekerja sama.

Semangat Presiden ini harus disambut gembira oleh generasi milenial, pasalnya salah satu tujuan utamanya yang menjadi sasaran pemerintah saat ini adalah bagaimana meningkatkan produktifitas serta daya saing SDM di dalamnya adalah generasi muda di masa mendatang yang memiliki kemampuan terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di hari Sumpah Pemuda tahun ini, perlu kita semua pahami bahwa 28 Oktober bukanlah hanya sekadar seremonial belaka. Bukanlah sekadar diingat tanggal atau di rayakan semata. Tapi wajib bagi kita untuk melakukan refleksi diri dan evaluasi terhadap peran dan fungsi pemuda, termasuk generasi milenial, dalam menghadapi tuntutan zaman dan globalisasi yang ada di depan mata.

Perlu kita semua sadari, sebagaimana yang telah saya sampaikan di atas, Indonesia sedang memasuki era baru demografi yang lebih dikenal sebagai era bonus demografi. Hal ini terjadi akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya rasio perbandingan antara jumlah penduduk nonproduktif (usia kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk produktif (usia 15-64 tahun).

Bonus demografi bagi Indonesia, adalah sebuah keniscayaan. Sekarang, bukan waktunya memperdebatkan, mengkaji dan mendiskusikan saja. Sekarang waktunya untuk mempersiapkan, bersiap diri menghadapi kenyataan, karena bonus demografi tak bisa ditolak lagi. Kualitas SDM menjadi kunci untuk meraih keuntungan terbesar dari adanya bonus demografi, yang hanya sekali terjadi dalam sejarah suatu bangsa.

Menghadapi bonus demografi, haruslah disikapi dengan kerja kolektif dari berbagai elemen bangsa. Pemuda sebagai generasi penerus sudah seharusnya mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menerima estafet dari generasi pendahulu.

Karena pemuda adalah aset bangsa. Sudah sepantasnya kita pupuk dengan pengetahuan, skill dan kreatifitas yang mumpuni. Sehingga para pemuda dapat mengembangkan kapasitasnya dalam menghadapi bonus demografi.

Saya berharap banyak anak-anak muda yang terus bergerak, berinovasi dan berdedikasi untuk bangsa dan negara. Karena sejatinya, peran pemuda sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa ini. Mari kita buktikan dalam sejarah Indonesia, saatnya pemuda Indonesia membangun visi besar menatap dunia membawa perubahan. (Rmol)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad