Muhammadiyah Menerima Kunjungan Rektor MIU, Iran, Ketua Majelis Tabligh : Hal Itu Kewajiban Memuliakan Tamu - Pejuang.Net - Pusat Berita Islam Indonesia

Pejuang.Net - Pusat Berita Islam Indonesia

Situs Islam Rujukan

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Jumat, 08 Juli 2022

Muhammadiyah Menerima Kunjungan Rektor MIU, Iran, Ketua Majelis Tabligh : Hal Itu Kewajiban Memuliakan Tamu

 YOGYAKARTA—Jagat maya warga persyarikatan sedang ramai membicarakan kunjungan Rektor Al-Mustafa International University (MIU) dari Kota Qum, Republik Islam Iran pada, Kamis (16/6) di Kantor Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta.

 


Perbincangan menjurus pada kekhawatiran bahwa Muhammadiyah akan di-Syiahkan, dan tudingan-tudingan miring lain dialamatkan kepada Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Tak pelak, hal ini menimbulkan kegaduhan dan riak-riak kecil aktivis media sosial warga persyarikatan.

 

Mengenai hal itu, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal menegaskan bahwa dari aspek teologis, warga persyarikatan tidak perlu untuk terlalu merisaukan kunjungan yang dilakukan oleh Rektor MIU, Iran.

 

“Saya memandangnya secara sederhana saja, bahwa hal tersebut sebagai kewajiban ikrāmu-l-dlaif (memuliakan tamu). Tak berbeda dengan audiensi tamu-tamu lainnya dari ragam latar belakang, etnis, suku, bangsa, dan bahkan agama di internal Persyarikatan, pun pula di lingkungan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM)”. Tulis Fathur pada, Senin (21/6)

 

Menurutnya, Muhammadiyah dari aspek teologis sudah mantap sebagaimana Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM), serta Manhaj yang dipedomani Muhammadiyah memiliki pokok-pokok keyakinan (i’tiqādiyah) yang tidak mungkin dipertemukan, apalagi disatukan atau disamakan dengan keyakinan Syi’ah.

 

“Kerjasama dalam persoalan kemanusiaan universal, keumatan, dan kebangsaan merupakan bagian dari ta’āwun yang harus digalakkan untuk kemaslahatan bersama, tak terkecuali di kancah global”. Tegasnya.

 

Fathur mengingatkan kepada semua umat Islam, terlebih warga persyarikatan supaya tidak terjebak dalam “Proxy war” terutama dalam persoalan Sunni-Syiah, sebagaimana yang telah dialami oleh kaum muslimin di kawasan tertentu.

 

“Kita perlu berpikir keras dan cerdas, serta merenung secara jernih dan mendalam untuk satu solusi alternatif bagi persoalan-persoalan internal umat Islam di dunia, dan tentu pula di sini: Indonesia”. Tandasnya.

 

Sumber : muhammadiyah or id

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad